
Surabaya - Kota Surabaya kini semakin cantik setelah bunga Tabebuya bermekaran di beberapa titik. Seperti di kawasan Jalan Genteng Besar. Bunga yang identik dengan keindahan negara Jepang itu tampak menghiasi jalanan.
Bunga Tabebuya ini ternyata juga ditemukan di kawasan Jalan A Yani, serta kawasan lain di Kota Surabaya.Kecantikan yang terpancar dari Bunga Tebebuya seolah menghipnotis masyarakat Surabaya, termasuk Pemerintah Kota Surabaya.
Hal itu terbukti dari Pemerintah Kota Surabaya yang ingin menambah pengadaan tanaman Tabebuya pada tahun 2020 mendatang.Kepala Bidang Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Penerangan Jalan Umum (PJU) Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya, Hendri Setianto mengatakan, pihaknya bakal menambah sekitar 500 pohon Tabebuya."Begitu kita tanam setahun sudah berbunga," kata Hendri Setianto.
Sebagian dari anggaran APBD akan dilalokasikan untuk ratusan tanaman Tabebuya. Pohon Tabebuya akan difokuskan pada beberapa wilayah yakni, Surabaya Barat tepatnya kawasan Mayjend Sungkono, HR Muhammad dan Wiyung.
Hendri Setianto mengatakan, Pemerintah Kota Surabaya menanam Tanaman Tabebuya di ruas jalan sudah sejak 10 tahun lalu. Tiap tahun jumlahnya diperbanyak, dan hingga kini terdapat sekitar 7 ribu tanaman Tabebuya di sepanjang ruas jalan protokol.
Alasan Pemkot Surabaya memilih tanaman Tabebuya, lantaran pohonnya terbilang cepat tumbuh, juga selain karena kualitas bunganya yang menarik."Tetap tumbuh dengan baik terhadap iklim apapun," terangnya.
Untuk perawatan tanaman Tabebuya, Hendri Setianto mengatakan terbilang mudah. Penyiraman dan pemberian pupuk dilakukan secara reguler dari pupuk organik hasil pengomposan."Empat bulan sekali kita kasih pupuk,” pungkas Hendri Setianto.
Tabebuya memang mirip bunga sakura yang ada di Jepang. Padahal, tabebuya adalah tanaman asal Brasil. Sudah lima tahun ini Pemkot Surabaya sukses membudidayakan tanaman tersebut.
Tabebuya ditanam setiap pemkot selesai merevitalisasi jalur pedestrian. Tanaman-tanaman besar yang merusak jalur pejalan kaki dirobohkan, lalu diganti tabebuya. ”Pohon sono (angsana, Red) misalnya. Kami sudah tak menyediakan bibitnya,” ujar Sekretaris Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DK RTH) Surabaya Ipong Wisnoewardono.
Awalnya pemkot membeli tabebuya di Kota Batu. Setelah dipelajari, tanaman itu ternyata bisa dibudidayakan sendiri di kebun bibit milik pemkot. Dengan begitu, anggaran bisa lebih dihemat. Penyebaran tabebuya hingga pelosok kota pun bisa dilakukan dengan cepat.Ipong menerangkan, Wali Kota Tri Rismaharini memilih tanaman tabebuya karena keindahannya. Bunga tabebuya punya warna beragam. Otomatis, nuansa kota lebih berwarna-warni.(ins,ard)