
Jakarta – Gejolak ekonomi dunia yang sering dibicarakan bukan hanya isapan jempol. Bahkan kondisinya ekonomi dunia kini mulai mengerikan. Beberapa indicator perekonomian Indonesia pun mulai memperlihatkan tanda-tanda ‘loyo’.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bercerita, saat dia menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-35 ASEAN di Bangkok awal bulan lalu, terlihat jelas kekhawatiran dari para petinggi dunia tentang kondisi ekonomi dunia.
"Dalam tingkat KTT di Bangkok hadir di situ sekjen PBB, Managing Director IMF. Dari semua pembicaraan dengan petinggi itu maka satu kesimpulan tampak sekali kekhawatiran para pemimpin dunia mengenai situasi dunia saat ini, baik dari aspek politik maupun ekonomi," ujarnya dalam acara Rakernas Kadin di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (19/11).
Selain itu laporan-laporan dari IMF hingga World Bank juga mendukung kondisi tersebut. Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun dikoreksi menjadi 3,2% dari sebelumnya 3,5%. "Untungnya forecast 2020 akan ada rebound jadi 3,5%. Tapi ini subject to situation yang terjadi di dunia. Bukan tidak mungkin kembali direvisi," tambahnya.
Reton juga menyampaikan pernyataan dari Managing Director IMF Kristalina Georgieva yang mengatakan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi terjadi di 90% Negara dunia. "Jadi global economy is in syncronize slow down. Bahkan lebih suram lagi," ujarnya.
Meski begitu, lanjut Retno, Kristalina menilai ekonomi Indonesia masih cukup baik. Begitu juga dengan kondisi di wilayah ASEAN yang dinilai masih menjadi titik cerah bagi perekonomian dunia.
Namun ditempat terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati baru saja menyampaikan paparannya terkait realisasi kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga 31 Oktober 2019. Hasilnya, terpantau kondisi ekonomi Indonesia loyo yang tercermin dari rendahnya penerimaan baik dari sisi perpajakan maupun pendapatan negara lain non pajak.