
SURABAYA-Provinsi Jawa Timur mengalami kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar akhir-akhir ini. Dari data yang diterima dikatakan per Oktober 2019, penyaluran solar sudah melebihi alokasi kuota.
Menanggapi hal tersebut, Dr. Ir. Jamhadi, MBA Tim Ahli Kadin Jatim dalam kepemimpinan Ir. H. La Nyalla Mahmud Mattalitti menilai demand BBM solar meningkat karena perjalanan pariwisata juga meningkat.”Masih banyak juga kendaraan pribadi yang menggunakan solar. Belum lagi kendaraan umum untuk transportasi wisata juga menggunakan BBM jenis ini,” ujarnya.
Selain itu, industry yang notabene sebagai konsumen BBM solar juga terus menggeliat kegiatan usahanya. Ini sesuai dengan dorongan pemerintah yang berharap porsi Industri Indonesia yang saat ini sekitar 19% dari PDB, bisa meningkat hingga 25% pada 5 tahun ke depan.
Menurut catatanya, kuota/alokasi solar untuk Jatim secara total pada 2019 sebanyak 2.092.000 kilo liter Alokasi hingga Oktober 2019 sebesar 1.742.400 kilo liter, namun realisasinya sudah melebihi 1.917.800 kilo liter pada bulan Oktober. Artinya, penyaluran 3 bulan terakhir sudah mencapai 215.000 kilo liter Solar per bulan
Padahal di semester I, penyaluran Solar di Jatim rata-rata masih 175.000 kilo liter per bulan. Melihat kondisi tersebut, di terminal BBM Tuban disalurkan 1.384 kilo liter solar. Jumlah tersebut sudah ditambah 23.5% dari normal yaitu 1.120 kilo liter per hari.
Namun demikian, dia berharap, penyaluran BBM bersubsidi Pertamina tetap tepat sasaran. Sebab yang terjadi di lapangan hingga kini BBM bersubsidi masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat yang secara ekonomi tergolong mampu.
Padahal sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014, BBM tertentu termasuk Solar bersubsidi hanya diperuntukkan bagi industri rumah tangga, usaha mikro, usaha pertanian, usaha perikanan, transportasi dan pelayanan umum, termasuk juga kendaraan pribadi dengan kapasitas mesin atau CC yang kecil.
Terkait solusi, Jamhadi yang juga Direktur Kadin Institute ini mengatakan, “Pertamina harus menyesuaikan neraca demand and supply sesuai rencana pengembangun industri yang baru tersebut. Selain itu mass transportation atau transportasi masal harus diwujudkan,” katanya. Tak kalah penting adalah harus diciptakannya energy terbarukan, salah satunya Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA).
Jamhadi menyayangkan adanya broadcast via WA tentang hoax kenaikan harga. Sebab, hal ini membuat masyarakat ikut panik dan mengantre di SPBU.
Sebelumnya, Unit Manager Communication & CSR MOR V, Rustam Aji menyatakan, Pertamina tidak melakukan pengurangan volume BBM.Namun, berdasarkan regulasi saat ini, Premium dan Solar, merupakan produk penugasan, sehingga penyalurannya harus sesuai alokasinya yang ditetapkan pemerintah.
"Kita tidak melakukan pengurangan volume BBM, tapi jenis premium dan solar penyalurannya harus sesuai alokasi yang ditetapkan pemerintah," ujarnya. Menurut Rustam, kelangkaan solar di Jatim murni karena tingginya konsumsi BBM saat ini.(*)