
Surabaya – Dua Asrama Mahasiswa Nusantara (AMN) yang akan dibangun di Jatim yaitu di Surabaya dan Malang bakal dijadikan sebagai model pembanggunan AMN di Indonesia. Saat ini, desain asrama tersebut masih terus dimatangkan.
“Kita akan konsultasi dengan daerah (Jatim). Karena yang di Jatim itu akan dijadikan semacam model. Kami juga akan koordinasi dengan Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) dan Kemenristekdikti,” kata konsultan perencanaan pembangunan AMN, Gumilar.
Gumilar, usai bertemu Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi, mengatakan pemerintah pusat berencana membangun enam AMN di Indonesia. Dari enam wilayah, dua diantaranya di Jatim, tepatnya di Surabaya dan Malang. Sedangkan empat lainnya berada di Jakarta, Manado, Makassar dan Yogyakarta. “Pemprov Jatim sudah menyiapkan lahan masing-masing seluas 1,5 hektar,” katanya.
Setiap asrama, lanjutnya, diprediksi mampu menampung 250 mahasiswa. Nantinya, asrama akan dilengkapi dengan sejumlah fasilitas penunjang seperti perpustakaan hingga sarana olah raga. Selain itu, penghuni asrama juga akan dibekali pendidikan kewirausahaan hingga kurikulum kebangsaan.
“Kita akan didik mahasiswa yang menghuni asrama ini dengan nilai-nilai kebangsaan. Kita akan ajak penghuni asrama untuk berinteraksi dan membangun nilai multikulturalisme,” imbuhnya.
Kendati demikian, mahasiswa yang nantinya tinggal di AMN akan diseleksi secara ketat. Seperti mahasiswa penerima beasiswa dan masa tinggal hanya dibatasi selama dua tahun. “Nanti akan kita perhitungkan berapa jumlah (kuota mahasiswa) tiap daerah. Kita akan hitung betul. Tapi tentu ada prioritas untuk daerah-daerah tertentu,” beber Gumilar.
Terkait kapan pembangunan AMN dilaksanakan, Gumilar mengaku akan dilaksanakan pada semester II tahun depan. Pihaknya berharap agar anggaran bisa dimasukkan ke dalam APBN. Sementara lahan sudah disiapkan Pemprov Jatim.
Seperti diketahui, pada akhir Agustus lalu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan akan ada pembangun AMN untuk mahasiswa dari seluruh Indonesia yang menimba ilmu di Jatim. Keberadaan asrama tersebut diharapkan mampu menyatukan berbagai perbedaan suku, ras, dan agama di Indonesia.
Orang nomor satu di Jatim itu mengatakan, mahasiswa dari berbagai daerah memang lebih bagus untuk disatukan dalam satu asrama. Bukan di asrama dari satu daerah saja. Menurutnya, hal ini akan membuat mahasiswa saling memahami adat hingga kebudayaan satu sama lain. “Kita masih memikirkan anggaran operasional tahunannya itu dari mana. Apakah dari APBD ataukah dari APBN,” katanya saat itu. (sur)