
Di tengah
berbagai penelitian untuk temukan vaksin COVID-19, muncul wacana tentang herd immunity atau
kekebalan kelompok sebagai salah satu solusi.
Dikutip dari Aljazeera, herd immunity mengacu pada situasi di mana cukup banyak orang dalam
suatu populasi yang memiliki kekebalan terhadap infeksi sehingga dapat secara
efektif menghentikan penyebaran penyakit tersebut.
Kekebalan
bisa berasal dari vaksinasi atau dari orang yang menderita penyakit tersebut.
Seberapa banyak orang yang dibutuhkan untuk menciptakan kondisi itu tergantung
pada seberapa menularnya pathogen.
Namun, wacana herd immunity saat ini masih menuai pro dan kontra. Berikut fakta
seputar herd immunity.
1. Ramai Diperbincangkan
Herd immunity mengemuka sejak Knutt Wittkowski, mantan biostatistik di Rockefeller University menyatakan bahwa social distancing bukanlah cara tepat dalam mengatasi pandemi COVID-19. Menurutnya herd immunity adalah satu-satunya cara untuk hentikan wabah ini.
Ia
mendorong sekolah-sekolah dibuka agar cukup banyak orang terpapar virus corona
dan timbul kelompok imunitas atau kebal. Dengan adanya sejumlah orang yang
kebal, maka penyebaran virus dapat dihentikan. Pernyataan ini kemudian menyebar
luas melalui Facebook.
Boris Johnson, Perdana Menteri Inggris. Ia menyetujui pendapat bahwa herd immunity adalah solusi
tepat atasi COVID-19. Ini bisa menjadi alternatif dari social
distancing, karena menurutnya pembatasan aktivitas pada masyarakat
dapat menimbulkan stres.
2. Menuai Kritik
Sebagai reaksi dari pernyataan itu muncul surat yang
ditandatangani oleh lebih dari 500 ilmuwan Inggris. Surat tersebut menentang
pernyataan Johnson. Para ilmuwan berpendapat penerapan herd immunity bukan pilihan
tepat. Herd immunity bisa
membahayakan kehidupan lebih banyak orang dan membuat departemen kesehatan
setempat lebih terbebani.
The Rockefeller
University kemudian mengeluarkan pernyataan bahwa pernyataan Wittkowski tidak
mewakili pandangan dari Rockefeller University.
3. Membahayakan Lansia dan Orang Dengan Penyakit Kronis
Dan Barouch, Direktur Pusat Penelitian Virologi dan Vaksin di Harvard
University mengungkapkan penerapan herd immunity dalam menekan wabah COVID-19 dapat meningkatkan risiko
kesehatan orang-orang yang rentan terhadap virus tersebut, yaitu lansia dan
penderita penyakit kronis.
Di
samping itu, metode ini berpotensi membuat rumah sakit dan fasilitas kesehatan
lainnya kewalahan dalam menghadapi tingginya angka pasien COVID-19.
4. Sifat Virus Corona Belum Diketahui
Margaret Harris, juru bicara Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) meragukan penerapan herd immunity terhadap virus corona. Belum diketahui seberapa besar
tingkat kekebalan yang ada dalam tubuh seseorang yang sembuh dari COVID-19.
Membuat orang terpapar virus demi tercapai herd immunity merupakan hal yang kontraproduktif.
5. Vaksin Lebih Efektif
Mengatasi wabah dengan vaksin merupakan cara lebih efektif
dibandingkan herd immunity. “Vaksin adalah
cara terbaik untuk mengatasi pandemi,” ujar James Whitney, kepala
investigator Pusat Penelitian Virologi dan Vaksin.
Selagi para ilmuwan berjuang menemukan vaksin COVID-19, tentu
hal yang dapat kita lakukan saat ini adalah mematuhi protokol kesehatan. Jadi
tetap terapkan social distancing demi memutus mata rantai penularan COVID-19
(Ist-abh).