22 August 2025

Get In Touch

Kemunculan Keraton Fiktif Rentan Ditunggangi Kepentingan Politik

Kemunculan Keraton Fiktif Rentan Ditunggangi Kepentingan Politik

Surabaya – Belakangan, Indonesia dihebohkan dengan munculnya keraton atau kerajaan baru, ironisnya kerajaan tersebut adalah fiktif, seperti Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire. Kejadian ini tidak lepas dari ide akan bangkitnya kejayaan masa keemasan kerajaan masa lalu. Ironisnya, kemunculan kerajaan baru dijadikan sebagai kesempatan besar bagi beberapa tokoh untuk berkuasa, mencari uang, atau menungganginya untuk kepentingan ekonomi, politik, dan lainnya.

Hal itu diungkapkan Dosen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga, Adrian Perkasa S.Hum., M.A. Dia menghubungkan fenomena tersebut dengan perspektif revivalisme. “Saya pikir dan pas sekiranya kita menganalisis fenomena tersebut dengan konsep revivalisme,” paparnya Adrian mengawali topik soal kemunculan keraton abal-abal.

Dia menjelaskan bahwa revivalisme menurut Henley dan Davidson (2008) adalah ide akan kebangkitan kejayaan suatu masa keemasan kerajaan pada masa lalu. Adrian menjelaskan, munculnya istilah revivalisme berawal dari tradisi kristiani kemudian berkembang hingga kini. “Kemunculan revivalisme di Indonesia akhir-akhir ini sangat berkaitan dengan perkembangan pasca-reformasi,” jelasnya.

Adrian melanjutkan bahwa sebenarnya fenomena itu sudah mengemuka secara massif sejak lunturnya otoritas yang sentralistik. “Pada awalnya, reformasi menunjukkan optimisme terhadap perubahan ke arah yang lebih baik justru menghasilkan tatanan yang dianggap lebih kacau,” imbuhnya.

Di tengah derasnya arus modenisme, ternyata masih ada segelintir masyarakat percaya dan meyakini adanya unsur magis. Kemudian mereka berkeinginan untuk membangkitkan kejayaan nusantara seperti dulu. Fenomena itu muncul tak hanya di Jawa, tapi juga di Sumbawa, dimana tiba-tiba muncul kerajaan masyarakat adat. Sayangnya, pendukung kerajaan tersebut bukanlah masyarakat adat, justru perusahaan besar.

“Kita bisa lihat bahwa revivalisme semacam ini rentan ditunggangi oleh tokoh-tokoh yang sengaja ingin memanfaatkan keyakinan orang-orang tertentu,” jelas dosen yang pernah menempuh studi S1 Hubungan Internasional itu.

Terdapat berbagai faktor masyarakat Indonesia yang rentan percaya terhadap kerajaan fiktif tersebut. Pertama, meyakini kepercayaan dengan sungguh, masih percaya akan adanya unsur magis dari seorang tokoh. Kedua, karena faktor struktural, dimana situasi pasca-reformasi dianggap lebih kacau sehingga banyak orang mencari alternatif.

“Fenomena ini mirip dengan maraknya orang-orang yang berobat di pengobatan tradisional dari pada pengobatan medis yang berkembang. Mencari jalur alternatif lain,” ujar Adrian. (ist/ufi)

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.
  BENCHMARKS  
Loading Time: Base Classes  0.0002
Controller Execution Time ( Blog / Remap )  7.6786
Total Execution Time  7.6788
  GET DATA  
No GET data exists
  MEMORY USAGE  
4,491,816 bytes
  POST DATA  
No POST data exists
  URI STRING  
post/item/5230/Kemunculan-Keraton-Fiktif-Rentan-Ditunggangi-Kepentingan-Politik
  CLASS/METHOD  
blog/item
  DATABASE:  ps_lentera (Blog:$db)   QUERIES: 315 (7.6322 seconds)  (Show)
  HTTP HEADERS  (Show)
  SESSION DATA  (Show)
  CONFIG VARIABLES  (Show)