
Setiap memasuki bulan Agustus, nuansa Merah Putih tumplek blek di setiap sudut kota, termasuk Surabaya. Semangat kemerdekaan ini pun ditangkap sebagai celah bisnis oleh warga RW 2, Darmokali, Wonokromo. Menyediakan berbagai pernak pernik peringatan kemerdekaan, wilayah ini pun kini kondang sebagai Kampung Bendera.
Kreativitas warga di Surabaya memang patut diacungi jempol. Berbagai kampung unik tersebar di Kota Pahlawan. Mulai dari Kampung Lontong, Kampung Kue, Kampung Anthena dan yang saat bulan kemerdekaan Indonesia pasti ramai adalah Kampung Bendera.
Memasuki kawasan RW 2 Darmokali, Kec. Wonokromo Surabaya, berbagai pilihan pernak-pernik agustusan terpajang rapi di hampir semua rumah warganya. Memanfaatkan teras yang disulap menjadi kios, bendera merah putih dengan berbagai ukuran, umbul- umbul hingga lampion merah putih pun dijual. Ada setidaknya 28 kios pedangan bendera di daerah tersebut.
Sebagai jujugan belanja aksesoris agustusan, walhasil daerah tersebut dijuluki sebagai Kampung Bendera.Julukan ini baru muncul sekitar 3 tahun yang lalu melalui media sosial. “Dari berbagai media, dari media elektronik, cetak apapun. Kita dikasik nama kampung bendera, saya lihat di youtube. Oh ternyata itu kampungku. Penamaan kampung bendera berawal dari media sosial,” jelas salah satu pelopor Kampung Bendera, Masrukin.
Tak hanya menjual, sejak 1972 ia dan keluarganya memproduksi sendiri bendera merah putih. Masrukin merupakan produsen bendera pertama yang ada di kawasan tersebut.
Seiring peningkatan permintaan, dia pun memasok bendera dari konveksi Bandung karena kewalahan bila harus menjahit sendiri.
“Dulu awalnya jahit celana pendek, setelah itu diajak saudara jahit bendera sampai buka produksi sendiri dan dikenal banyak orang,” jelasnya.
Masrukin pun dibantu keempat anaknya ikut mendistribusikan bendera yang diproduksi.
Salah satu putranya yang meneruskan usahanya adalah Moch. Solikin. Solikin menjelaskan pihaknya telah menjadi distributor yang melayani permintaan bendera dari berbagai daerah. Diantaranya ke Madiun, Probolinggo, Pasuruan, Lumajang dan permintaan terbanyak dari kota Tuban, Lamongan, Gresik. Sementara pengiriman luar pulau yaitu ke Kalimantan hingga Fak-Fak, Papua.
“Ada warga Timor Leste juga beli di kami. Padahal sudah pisah dari Indonesia, tetapi katanya dia suka dengan bendera Indonesia makanya sampai beli di kampung kami,”jelasnya.
Solikin bercerita berawal dari usaha sang ayah tersebut, akhirnya warga sekitar ingin ikut berjualan. Ia menceritakan kalau usaha berjualan bendera merah putih ini sebenarnya telah dilakukan warga sejak puluhan tahun lalu. Faktanya mereka banyak yang berjualan untuk usaha orangtuanya. Namun memang baru viral beberapa tahun terakhir.
“Setiap tahun jelang perayaan agustusan, omzet diakui selalu meningkat. Untuk proses produksi sendiri dilakukan setiap selesai Agustusan. Ia memilih berlibur hingga satu bulan dan akan baru akan memproduksi bendera lagi di Oktober. Jadi November bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan kami sudah siap jualan,” terangnya.Harga yang ditawarkan cukup beragam, mulai harga Rp 2.000 sampai Rp 250.000 tergantung ukurannya.
Tersohorya Kampung Bendera ini diakui oleh salah satu pembeli, Solekha. Dia mengatakan menjual kembali bendera yang dibeli. “Iya saya pembeli grosir, karena disini harganya lebih murah dan bisa dijual kembali, kualitas yang diberikan juga bagus,” katanya.
Pembeli lain bernama Wulan mengaku memborong pernak-pernik agustusan untuk kantornya. “Kalau ini saya beli untuk keperluan kantor, karena kantor minta bendera yang bagus dan hiasan buat kantor makanya saya beli disini, karena terkenal murah dan banyak pilihan,” tuturnya.(ard/ace)