
Surabaya – Perjalanan ekonomi Jatim selama 2019 mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi hingga 5,52%. Hal ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 5,04%. Sementara, pada 2020 mendatang, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan mencapai 5,4% hingga 5,8%.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa memaparkan, pertumbuhan ekonomi 5,52% itu berdasarkan data triwulan III tahun 2019. “Kami meminta Kanwil BI dan BPS Jatim ikut hadir supaya masyarakat mendapatkan data yang valid perjalanan program pembangunan selama tahun 2019 serta bagaimana program-program strategis dan prioritas di tahun 2020,” ujarnya.
Dia menambahkan, kekuatan ekonomi di Jatim diantaranya ditopang oleh sector UMKM, serta perdagangan antar daerah dan antar provinsi. Karena itu, misi dagang menjadi hal yang penting. “Kita harus tumbuh bersama, kuat bersama, dan Jatim harus membangun korelasi yang sama-sama tingginya antara pertumbuhan ekonomi Jatim dengan seluruh provinsi terutama 16 provinsi lain yang selama ini logistiknya sebagian besar disupport dari Jatim,” jelasnya.
Berdasarkan data BPS Bulan November 2019, lanjutnya, untuk PDRB Jatim per triwulan III-2019 mencapai Rp 1.753,77 triliun dengan kontribusi sektor industri mencapai 30,02%, sektor perdagangan sebanyak 18,57 %, sektor pertanian mencapai 12,19 %. Selanjutnya kontribusi dari 14 sektor lainnya mencapai 39,22 %.
“Dari segi PDRB menggembirakan karena kontribusi PDRB Jatim terhadap PDB Nasional 14,92% per triwulan III-2019. PDRB Sektor Pertanian Jatim terhadap PDB Sektor Pertanian Nasional 13,53%, Sektor Industri Pengolahan terhadap PDB Sektor Industri Pengolahan Nasional 22,84%, sedangkan Sektor Perdagangan terhadap PDB Sektor Perdagangan Nasional 21,29%,” jelasnya.
Sementara, pada sector inflasi di Jatim juga lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Pada November 2019, tingkat inflasi Jatim mencapai 2,20 %, angka itu lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun 2018 mencapai 2,96 %. “Komoditas memberikan inflasi terbesar diantaranya Bawang merah, Daging ayam ras, Telur ayam ras. Komoditas memberikan andil deflasi terbesar antara lain Cabai merah, Emas perhiasan, dan Cabai rawit,” kata Khofifah.
Pihaknya, akan terus berupaya mengendalikan harga agar tidak terjadi lonjakan inflasi. Berbagai langkah akan dilakukan untuk mengendalikan harga pada tahun 2020. Diantaranya, pemantauan secara intensif harga kebutuhan pokok, melakukan tindakan korektif atas indikasi adanya ketidakwajaran kenaikan harga, gangguan distribusi, serta penimbunan, kemudian memastikan ketersediaan pasokan bahan kebutuhan pokok dan bahan bakar energi.
Selain itu juga mengupayakan pembentukan ekspektasi masyarakat melalui inspeksi pasar dan pergudangan, penyampaian upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah, menghimbau masyarakat dan pelaku usaha untuk tidak melakukan penimbunan, serta menghimbau masyarakat untuk mengkonsumsi bahan kebutuhan pokok secara wajar dan belanja bijak.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jatim Difi Ahmad Johansyah mengatakan, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan mencapai 5,4-5,8 % pada tahun 2020. Kunci pertumbuhan ekonomi yaitu tumbuh bersama-sama. Pola sinergi antar daerah juga diperlukan.
“Untuk tahun 2020 kita optimis menyentuh itu. Inflasi terendah sepanjang sejarah 2,20 %. Dengan inflasi tersebut, BI bisa fokus mendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi,” pungkasnya. (ufi)