
Sidoarjo – Sebanyak 13 dari 19 daerah yang akan melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak berpotensi terjadi politik dinasti. Hal itu terungkap dalam riset yang dilakukan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jatim.
Satria Ketua Riset PWPM Jatim menuturkan adapun 13 daerah yang berpotensi terjadi politik dinasti ini diantaranya Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya, Kabupaten Banyuwangi, Kota Blitar, Kabupaten Mojokerto, Kabupten Ngawi, Kabupaten Tuban, Kabupten Lamongan, Kabupten Pacitan, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Gresik, Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Trenggalek.
“Politik dinasti disini dipahami bukan hanya berkaitan dengan hubungan keluarga tetapi juga dipahami sebagai hubungan patron dan kleintenisme (transaksional) yang berhubungan dengan usaha mempertahankan kekuasaan,” kata Satria. Lebih lanjut Satria menjelaskan pemetaan ini akan mempengaruhi preferensi politik atau pilihan politik pada struktur masyarakat di 19 kabupaten/kota di Jawa Timur.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa ada sejumlah factor yang mempengaruhi terjadinya politik dinasti dan kleintenisme. Diantara factor tersebut adalah kerena kepala daerah sebelumnya mapan secara ekonomi, sehingga bisa melancarkan politik kleintenisme. Kemudian, memiliki trah atau keturunan sebagai pemimpin.
Selain itu juga karena Banyak masyarakat yang percaya, jika kepala daerahnya bukan keturunan orang ini (pemimpin sebelumnya), maka masyarakat di situ tidak akan sejahtera. Ada juga karena pertimbangan keberlangsungan pembangunan daerah yang dinilai mampu dilanjutkan oleh calon penerus.
“Kemudian karena Kepala daerah sebelumnya yang berkaitan dengan calon memiliki karakter tegas, berintegritas, dan lainnya. Serta, karena kinerja kepala daerah sebelumnya yang berkaitan dengan calon dinilai baik,” tandas Satria. Sedangkan faktor atau alasan mengapa masyarakat tidak percaya pada politik dinasti diantaranya dikarenakan adanya kecenderungan diskriminatif terhadap minoritas politik
Riset yang menghasilkan temuan adanya 13 daerah yang kemungkinan bisa terjadi politik dinasti ini dilakukan pada 1 – 14 November 2019. Riset melibatkan 1066 responden dengan teknik pengambilan data memakai multi stage random sampling, dimana lokasi diambil di 19 Kab/kota di Jawa Timur yang menyelengarakan pilkada serentak tahun 2020.
Kemudian, dari masing – masing kabupaten/kota diambil empat sampai lima kecamatan untuk dijadikan sampling penelitian secara proposional. Selain metede tersebut, penelitian ini mengunakan metode kualitatif, dengan pendekatan wawancara mendalam (indep Interview) terhadahap responden di 19 kab/kota yang bisa. Peneliti juga menerapkan margin of error sebanyak 3%. (pin/sur)