
LETRA.ID-Ketegangan kembali terjadi di Saudi. Pasca peledakan fasilitas minyak, Amerika Serikat (AS) ikut naik pitam dan menuduh Iran sebagai pelakunya.
"Kilang minyak Saudi diserang. Kami punya alasan untuk mengetahui siapa pelakunya, kami sudah dalam posisi mengunci dan mengisi, ini tinggal menunggu verifikasi saja," sebut Trump, seperti dikutip dari AFP, Senin (16/9).
Tuduhan AS direspons keras oleh Iran. Juru bicara Kemlu Iran Abbas Mousavi menuding AS asal tuduh.
"Tuduhan dan pernyataan buta itu serta komentar sia-sia mereka tidak dapat dipahami dan tidak berarti," papar Mousavi.
AS dan Saudi dikenal sebagai sekutu dekat. Sementara itu, dalam beberapa tahun terakhir AS-Iran terlibat perseteruan sengit akibat batalnya perjanjian pengelolaan nuklir oleh Teheran.
Di tengah perseteruan itu, harga minyak dunia kembali melonjak. Sebab, dua fasilitas minyak utama milik Saudi Aramco yang diserang menyebabkan produksi minyak hingga 5,7 juta barel per hari atau lebih dari 5 persen pasokan global berhenti. Sehingga meningkatkan risiko kekurangan pasokan dunia. Saudi Aramco dalam pernyataannya mengatakan, serangan teroris telah menyebabkan gangguan pada fasilitas minyak di Abqaiq dan Khurais. Aramco tidak menyebutkan kapan fasilitas tersebut bisa mengembalikan lagi produksinya, namun Aramco tengah berusaha memulihkan produksi dan akan memberikan informasi terbaur dalam 48 jam setelah serangan.
Yang jelas, konflik yang sedang terjadi di semenanjung Arabia ini terjadi saat Aramco tengah bersiap-siap untuk melepas saham perdananya atau go public, sekaligus mencatatkan rekor sebagai IPO terbesar di dunia.
Terpisah, VP Corporate Communications PT Pertamina (Persero), Fajriyah Usman, mengungkapkan sebagian minyak yang didatangkan Pertamina untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, berasal dari Saudi Aramco.
"Pasca-peristiwa serangan yang terjadi di fasilitas Saudi Aramco Sabtu (14/9) yang lalu, Pertamina telah melakukan koordinasi dengan Saudi Aramco terkait pasokan minyak mentah jenis Arabian Light Crude. Hingga saat ini tidak ada perubahan jadwal dan volume lifting untuk Pertamina," katanya, Senin (16/9).
Minyak jenis Arabian Light Crude tersebut, menurut Fajriyah, menjadi bahan baku untuk diolah di kilang minyak RU IV Cilacap. Dia menambahkan, Pertamina terus memantau dan berkomunikasi intensif dengan pihak Saudi Aramco untuk memastikan pasokan tetap aman.
Asap terlihat setelah kebakaran akibat diserang drone di fasilitas Aramco di kota timur Abqaiq, Arab Saudi, 14 September 2019 lalu. Foto: REUTERS / STR
“Posisi stok bahan bakar yang dipasok dari produksi crude Aramco saat ini masih dalam kondisi aman untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri,” ungkapnya.
Menurut Fajriyah, crude yang diimpor dari fasilitas Saudi Aramco memang diperlukan untuk Kilang Cilacap, tetapi ada juga crude yang dipasok dari dalam negeri, baik dari produksi lapangan minyak pertamina maupun dari KKKS domestik. Berdasarkan data saat ini, stok yang tersedia masih mencukupi untuk proses selanjutnya.
“Kami berharap krisis berlalu, dan upaya untuk mengembalikan produksi dalam kondisi normal bisa lebih cepat,” pungkas Fajriyah.(ins)