
Surabaya – Penyebaran virus corona (Covid-19) di Indonesia semakin massif, jumlah terkonfirmasi terinfeksi terus mengalami penambahan. Ternyata virus corona sudah mengalami mutasi hingga tiga kali, sehingga gejala klinis yang dialami pasien pun sudah berbeda beda.
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim dr Joni Wahyuhadi mengatakan bahwa saat ini banyak pasien yang datang ke UGD dengan keluhan selain masalah pernafasan, sehingga secara klinis tidak nampak seperti gejala covid-19. Ternyata, hal ini akibat dari mutasi yang terjadi pada virus corona.
“Jadi penampakan klinis dari covid-19 ini macam-macam, bahkan sekarang di luar saluran nafas sudah ada yaitu dengan gejala diare. Datang ke UGD dengan gejala sesak dan diare. Jadi sudah banyak sekali variasi gejala klinisnya,” tandasnya.
Bahkan, lanjut Joni, diketahui bahwa virus ini sudah mengalami mutasi sebanyak tiga kali dan itu yang terdeteksi saja. “Jenis virusnya sudah mutasi itu gejala klisnisnya pasti beda. Jadi yang bisa kita sampaikan disini mungkin adalah pencegahan yang nomer satu di sebuah pendemi akibat virus sejak 1912 sampai sekarang obatnya cuman satu social distencing tanpa ini dia akan lama sekali hilangnya,” tandasya.
Banyaknya variasi gejala klinis ini mengakibatkan banyak tenaga medis yang tidak menyadari kalau pasien yang sedang dihadapinya adalah pasien covid-19. Akibatnya banyak tenaga medis yang terpapar dan positif covid-19. Ironisnya, tenaga medis yang terpapar dan terkena covid-19 ini kebanyakan bukan tenaga medis yang merawat langsung para pasien covid-19.
“Mereka merawat pasien yang pada awalnya tidak terdiaknosis pasien covid-19, sehingga standar belum memenuhi syarat saat itu. Perawat yang barusan meninggal (di RS Siloam) itu seorang supervisor, perawat yang tugasnya mengsuper visi, kemudian tenaga medis yang lain juga tidak tahu kalau yang dirawat itu positif covid-19. Jadi ada dokter yang melayani pasien biasa dan tidak tahu,” jelasnya.
Direktur RSUD dr Soetomo ini menambahkan bahwa itu semua artinya orang yang tanpa gelaja ternyata banyak sekali. Untuk itu, dia tetap menghimbau pada semua masyarakat supaya jaga jarak, kemudian pakai pelindung. “Itu tidak bisa ditawar lagi. Di Indonesia sudah banyak dokter yang terjangkit dan meninggal, sebagian besar itu yang tidak langsug merawat covid-19,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim, dr Kohar Hari Santoso mengatakan bahwa di Jatim ada 46 tenaga kesehatan yang terjangkit. Sebagian besar dari mereka memang adalah tenaga medis yang tidak merawat langsung pada pasien covid-19. Sehingga, saat melakukan perawatan medis itu kesiapan tentang APD-nya kurang, dan ternyata pasien yang dilatani ada covid-19.
“Kalau dilihat yang meninggal, satu di Jatim, maka di seluruh Indonesia perawat yang meninggal ada 12. kemudian dari tenaga kesehatan di Jatim ada 46, kalau dilihat dari profesinya ada apoteker 1 orang, dokter sebanyak 16 orang, laborat ada 2 orang, perawat ada 27 orang. kemudian yang sembuh ada 19 orang dan meninggal 1 orang, sedangkan yang masih dirawat ada 26 orang,” katanya. (ufi)