26 June 2025

Get In Touch

Masker Tenun Ikat Kediri, Siasat Perajin di Masa Pandemi Corona

Masker Tenun Ikat Kediri, Siasat Perajin di Masa Pandemi Corona

Kediri - Kreatifitas pengusaha dibutuhkan di tengah pendemi Covid-19 seperti terjadi sekarang ini. Salah satu kiat cerdas itu seperti dilakukan perajin kain tenun di Kelurahan Bandar Kidul dan Banjar Melati, Kota Kediri.

Perajin yang menjadi binaan Pemkot Kediri melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian ini banting stir di saat ekonomi sulit akibat terdampak wabah Corona. Mereka yang biasa membuat kain tenun untuk baju, sepatu, scarf, dan tas beralih membuat masker berbahan kain tenun ikat yang kini banyak dibutuhkan masyarakat.

Empat  penjahit tampak sibuk menjalankan mesin jahit di Rizki Tailor, salah satu perajin di Desa Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Seminggu terakhir, mereka mendapatkan pesanan 8.000 lembar masker dari Pemkot Kediri sehingga harus mengejar target produksi. Sebetulnya, tak hanya 4 orang penjahit yang membuat masker, ada 12 orang lainnya mengerjakan proyek ini di rumah masing-masing. Sebelumnya mereka mulai sepi order, tapi kini bergerak kembali.

“Sudah tiga minggu ini orderan sepi. Malah yang sudah order pun belum diambil, jadinya ya belum dibayar. Untunglah ada pesanan masker ini,” kata Samsul Hadi, salah satu penjahit di Rizki Taylor yang sudah 30 tahun menjadi penjahit.

Awalnya, Siti Ruqoyah, pengusaha tenun bermerek Medali Emas memutar otak untuk bisa tetap menggaji penenunnya. Ia coba membuat beberapa lembar masker dari kain sisa. Kemudian, masker ini dilihat oleh Nur Muhyar, Plt. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan dibawa ke Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar.

Respon positif ditunjukkan Wali Kota Abu Bakar yang spontan memesan 8000 lembar masker tenun ikat kediri untuk dibagikan ke warga. Bukan hanya membagikan masker yang berguna untuk mencegah penyebaran Virus Corona, namun juga turut menggerakkan perekonomian yang sempat berhenti.

“Sudah tiga minggu ini tidak ada pembeli sama sekali. Sementara saya tidak mungkin tidak menggaji penenun dan saya akan terus mempertahankan mereka untuk tetap berproduksi agar tetap bisa makan,” kata Ruqoyah.

Ia mengaku pengeluaran untuk gaji penjahitnya minimal Rp 20 juta/minggu. Jumlah itu biasanya bisa dipenuhi dengan hasil penjualan kain tenun. Namun ketika tak ada pembeli, ia terpaksa mengambil tabungan yang mulai menipis.

Dengan pesanan masker ini, membutuhkan 200 lembar tenun ikat/hari, menjadikan bisnisnya kembali berputar. Tak hanya Ruqoyah, penenun lain pun bisa memasok tenunnya melalui KUB (Kelompok Usaha Bersama) sehingga produksi masih terus berjalan.

Setelah Pemkot memesan, berbagai pesanan pun datang dari berbagai instansi dan jumlahnya  ribuan. Selain para pembeli personal atau eceran. Ruqoyah mematok harga Rp 7.500,-/lembar bila membeli minimal 10 lembar dan Rp 8.000,-/lembar untuk eceran.

“Harapan kita dengan kegiatan ini yang bisa kita gerakkan bukan hanya ekonomi penenun, tetapi juga para tukang jahit dan toko-toko penyedia aksesorisnya seperti toko karet, benang, dan kain tlisir. Dengan demikian juga akan ada efek daya beli masyarakat yang tetap terjaga,” kata Nur Muhyar. (gos)

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.
  BENCHMARKS  
Loading Time: Base Classes  0.0002
Controller Execution Time ( Blog / Remap )  4.9948
Total Execution Time  4.9951
  GET DATA  
No GET data exists
  MEMORY USAGE  
4,506,920 bytes
  POST DATA  
No POST data exists
  URI STRING  
post/item/10372/Masker-Tenun-Ikat-Kediri-Siasat-Perajin-di-Masa-Pandemi-Corona
  CLASS/METHOD  
blog/item
  DATABASE:  ps_lentera (Blog:$db)   QUERIES: 336 (4.9542 seconds)  (Show)
  HTTP HEADERS  (Show)
  SESSION DATA  (Show)
  CONFIG VARIABLES  (Show)