
Moskow-Rusia masih menjadi pasar ekspor yang prospektif bagi Indonesia, termasuk berbagai komoditas dari Jawa Timur (Jatim). Hal tersebut diungkapkan Ketua KADIN Surabaya, Dr.Ir.Jamhadi,MBA saat melakukan lawatan ke Negeri Beruang Putih ini.
“Di tengah lesunya perekonomian global termasuk yang kini dialami Rusia, komoditas-komoditas dari Jatim sangat potensial untuk masuk pasar di sini,” ujarnya disela ‘Bussiness International Entreprise East Java To Rusia 2019’, Rabu (31/7).
Menurut Jamhadi, beberapa produk ekspor unggulan Jatim dapat mengisi kebutuhan konsumsi warga Rusia. Di antarnya kopi, teh, cokelat, dan produk makanan seperti mie dan hasil agro contohnya buah-buahan tropis, ikan, dan fashion.”Banyak sekali permintaan produk-produk dari Indonesia. Tidak hanya perusahaan besar, tapi pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) juga bisa memanfaatkan peluang ini,” tutur pria yang juga menjabat sebagai Tim Ahli KADIN Jatim ini.
Apalagi, pasca kebijakan Rusia untuk memberlakukan larangan impor produk pertanian dari Barat yang membuka peluang bagi negara-negara non-pemberi sanksi untuk memasuki pasar produk pangan di Rusia, termasuk Indonesia. Kebijakan Rusia dalam beberapa tahun belakangan ini memang mendorong kerja sama regional dengan negara-negara Asia Timur, Asia Tenggara dan Pasifik.
Meski demikian, Jamhadi membenarkan kondisi ekonomi Rusia saat ini sedang tidak bergairah akibat pengaruh global. Pertumbuhan ekonomi tahun 2019 diprediksi melambat menjadi hanya 1,3 persen. Padahal di 2018 ekonomi Rusia masih tumbuh sebesar 2,3 persen. “Inflasi juga meningkat menjadi 5,2 persen hingga 5,4 persen pada Februari. Bahkan Saat ini Juli puncaknya pada 5,5 persen hingga 5,7 persen,” kata Chairman Tata Bumi Raya Group itu.
Kondisi tersebut tidak terlalu mempengaruhi ekspor produk Indonesia ke Rusia. Terbukti beberapa komoditas tetap tinggi permintaannya di pasar Rusia, seperti kopi instan, makanan kaleng, buah kaleng dan minyak goreng. Menurut catatan,produk Indonesia tidak hanya masuk lewat Moskow, tapi juga melalui kawasan timur Rusia, tepatnya Kota Vladivostok.
Sekadar diketahui, nilai perdagangan bilateral kedua negara pada tahun 2017 tercatat meningkat 14,34 persen atau senilai USD2,5 miliar. Presiden Joko Widodo dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela pertemuan ASEAN di Suntec Convention Centre, Singapura, November 2018 lalu mengungkapkan keinginannya agar target perdagangan sebesar USD 5 miliar (sekitar sekitar Rp68,4 triliun) kedua negara dapat tercapai pada tahun 2020 mendatang.
Pasar Rusia mencakup lebih dari 140 juta penduduk. Ditambah lagi, produk dari Jatim juga berpeluang masuk ke negara-negara anggota Euroasian Economic Union yang merupakan bekas pecahan Uni Soviet. Yaitu, Rusia, Armenia, Belarus, Kazakhstan, dan Kirgistan. Total pangsa pasarnya mencapai 180 juta penduduk.
Menurutnya, yang lebih penting saat ini adalah mengubah pola pikir masyarakat Indonesia termasuk Jatim, terutama pelaku usaha, terhadap Rusia. ''Karena masih takut dengan gambaran Soviet. Padahal saat ini sangat berbeda dan aman,'' tutup Jamhadi. (*)