
Surabaya - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya merilis Maskot, Mars, dan Jingle guna memeriahkan Pemilihan Wali kota dan Wakil Walikota September 2020 mendatang. Selain itu juga untuk meningkatkan partisipasi pemilih di Surabaya.
Dalam pelaksanaan Pilkada, KPU mengusung tagline “Pemilihan Bermartabat Surabaya Hebat”. “Yang dimaksud Bermartabat, ada tiga unsur dalam penyelenggaraan Pelmilu yakni Penyelenggara, Pemilih dan Peserta mengerti sekaligus menjalankan hak dan kewajibannya sesuai peraturan dan perundang undangan yang berlaku,” ucap Ketua KPU Surabaya, Nur Syamsi saat sambutan, Kamis (16/1/2020).
Disaat yang bersamaan Subairi, Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih, Partisipasi Sumber Daya Manusia KPU Kota Surabaya menyampaikan, tujuan dibuatkan Maskot, Mars serta jingle agar Surabaya mempunyai ciri khas, agar bisa di kenang oleh masyarakat Surabaya. Maka dari itu KPU mengadakan lomba dalam pembuatan Maskot, Mars dan Jingle. Pesertanya pun tidak hanya dari Surabaya melainkan seluruh Jawa Timur.
“Prosesnya lumayan panjang, Mulai dari pembentukan panitia, pembukaan lomba, hingga penilaian serta menentukan juara dan akhirnya di publikasikan hari ini,” katanya.
Wahyu Widodo, koordinator juri perlombaan menjelaskan peserta didominasi warga luar Surabaya dan telah ditetapkan tiga pemenang dari tiga kategori. “Siska Wahyu Prasetyawati asal Nganjuk untuk lomba pembuatan Maskot yang mengusung ikon Siro dan Siboy, pemenang lagu Mars adalah Dian Wahyu Hudioro asal Surabaya, dan pemenang untuk Jingle adalah Fajar Setyo Kurniaji asal Sampang Madura,” Jelas Wahyu.
Wahyu mengatakan bahwa Maskot Siro dan Siboy berhasil menjadi pemenang karena sebelumnya menggunakan boyo dan kemudian suro, maka kali ini menyatukan keduanya, disamping beberapa pertimbangan lain.
“Namun peserta yang lain hasil karyanya juga bagus-bagus, ada yang mengambil ikon bambu runcing, semanggi dan Bung Tomo. Namun kami dewan juri sepakat dengan Siro dan Siboy,” tandasnya.
Alasan lainnya, lanjut Wahyu, karya Siska dinilai simpel karena nantinya juga akan dibuatkan boneka. “Kalau terlalu detil (njlimet) maka akan kesulitan pembuatannya dan penamaan ikon, murni ide peserta,” tambahnya.
Untuk lomba Mars, dewan juri membatasi durasi selama 2 menit. Untuk penilaiannya, tidak hanya sekedar musik, tetapi kalimat dan kata-katanya juga dijadikan penilaian.
“Bahkan kami juga memberikan beberapa kata yang wajib dimasukkan dalam lirik. Prinsipnya, semua menarik. Ada yang memasukkan unsur musik daerah dan modern” imbuhnya.
Diakhir acara, Soeprayitno Divisi Hukum dan Pengawasan berharap dengan adanya Maskot, Mars dan Jigle ini menjadi pengingat bagi warga Surabaya yang telah memiliki hak pilih di Pilkada Surabaya 2020. “
“Sehingga angka partisipasi pemilihnya bisa optimal,” pungkas anggota KPU Surabaya yang akrab disapa Nano ini. (ard)