
Surabaya – Bonus demografi tidak bisa dielakkan lagi, bahkan pada 2045 nanti diperkirakan akan menjadi puncaknya. Disitulah puncak persaingan akan terjadi, maka jika ingin menjadi manusia unggul, generasi milenial harus merubah pola pikir lama menjadi pola pikir produktif.
Hal itu diungkapkan Ketua DPRD Jatim Kusnadi pada sebuah acara di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, (27/11). Dia menuturkan yang dimaksud pola pikir lama adalah pola pikir masyarakat terdoktrin dengan pemikiran mudah puas diri, dan pola pikir instan tidak hanya ingin tahu hasilnya saja tanpa ingin tahu proses apalagi sampai memproduksinya.
"Kalau saya bisa beli kenapa saya harus buat? ini harus di ubah. Nah kalau saya bisa buat kenapa saya harus beli. Kalau saya buat sendiri kan bisa saya jual hasilnya juga bisa untuk saya. Jadi setelah lulus kuliah kita bisa menciptakan pekerjaan nggak perlu capek-capek cari lagi (kerja)," tegasnya.
Pada era bonus demografi itu, Kusnadi juga menekankan pentingnya meningkatkan skil Sumber Daya Manusia (SDM). Selain skill, dia juga ingin supaya SDM dibekalin kemampuan pengetahuan, teknologi, serta mempunyai karakter kebangsaan yang kuat. "Akan tetapi, bagaimana kita membangun karakter mereka. Mereka unggul tapi mereka tidak meninggalkan ke-Indonesia-annya. Dulu ini sering dilupakan," beber Kusnadi.
Kemudian, lanjut Kusnadi, jika dilihat dari perspektif pemerintahan, maka yang dibutuhkan adalah aksi cepat. Namun dalam konteks ini aksi bukan lahir dari aksi pemerintah, melainkan pemerintah menjadi simulator pergerakan seluruh rakyat Indonesia. "Sehingga kita selalu membuka ruang seluas-luasnya itu dari profesi apapun, agar seluruh profesi ini bekerjasama bisa menjadi satu piramida mewujudkan cita-cita bangsa," ungkap Kusnadi. (sur)