
Surabaya – Kencing manis menjadi salah satu penyakit yang sangat ditakuti masyarakat. Di Indonesia, jumlah penderita kencing manis diperkirakan mencapai 21 juta orang pada tahun 2030. Melihat hal itu, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Dr Arifa Mustika, dr., M.Si mendapatkan ekstrak daun singawalang berpotensi menurunkan kadar gula darah.
“Penelitian dilakukan pada hewan coba Rattus norvegicus yang dinjeksi dengan streptozotocin secara intraperitoneal sebagai model hewan coba dengan kencing manis,” jelas dia. Hasil penelitian menunjukkan, ekstrak daun singawalang efektif menurunkan kadar gula darah pada hewan tersebut.
Daun singawalang sendiri merupakan salah satu tanaman dalam famili Phytolaccaceae (gandola-gandolaan). Tanaman tersebut berbentuk semak, merunduk, tingginya bisa mencapai 1 meter, berdaun jorong 6-19 cm, meruncing, berujung tajam dan memiliki bau khas seperti marga bawang.
Meskipun begitu, pengunaan obat herbal itu memiliki berbagai kendala. “Ekstraknya mengandung berbagai macam senyawa, jadi ada kemungkinan terjadi kompetisi pada proses absorbsi yang akan menyebabkan absorbsi bahan aktif di gastrointestinal berkurang,” tuturnya.
Namun, berbagai riset telah dikembangkan untuk memperbaiki formulasi dan sistem penghantaran obat. Tujuannya untuk meningkatkan kadar bahan aktif sampai ke target organ yang dituju. “Salah satunya adalah dengan penghantaran bahan aktif dalam sistem nanopartikel,” pungkasnya.
Oleh karena itu, Arifa bersama beberapa rekannya melakukan penelitian tentang formulasi nanopartikel untuk ekstrak daun singawalang. “Ini adalah riset eksploratif yang bertujuan untuk mencari formulasi yang tepat untuk ekstrak daun Singawalang dalam sistem nanopartikel,” katanya. Penelitian dilakukan dengan membuat formulasi ekstrak daun singawalang dalam sistem autonanoemulsifikasi.
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan. Yakni pembuatan ekstrak Daun Singawalang, uji komponen minyak, surfaktan, dan ko surfaktan. Melalui penelitian itu sekaligus dilakuan penentuan komposisi formula autonanoemulsi dan loading ekstrak ke dalam sistem. Lalu, formulasi yang terpilih dikarakterisasi menggunakan elektron mikroskop dan particle size analyzer.
Pada akhir, Arifa menyebutkan bahwa hasil penelitian itu dapat dijadikan dasar pengembangan obat herbal menjadi fitofarmaka. (ufi)