[Warning core/JW_Controller.php: 128] Undefined array key "HTTP_ACCEPT_LANGUAGE"

Jika Berhenti Melahirkan, Berapa Lama Manusia Bertahan? - Lentera.co
24 June 2025

Get In Touch

Jika Berhenti Melahirkan, Berapa Lama Manusia Bertahan?

Ilustrasi warga memadati jalanan saat Car Free Day akhir pekan. (Foto: REUTERS)
Ilustrasi warga memadati jalanan saat Car Free Day akhir pekan. (Foto: REUTERS)

SURABAYA (Lentera) - Jika semua orang berhenti memiliki keturunan, berapa lama umat manusia bisa tetap hidup di Bumi? Apakah kita masih akan ada 100 tahun setelah kelahiran benar-benar berhenti?

Kemungkinan besar manusia tidak akan mampu bertahan hingga 100 tahun jika kelahiran benar-benar berhenti. Populasi akan terus menyusut seiring meninggalnya orang tua tanpa ada generasi pengganti. Meskipun penurunan ini terjadi secara bertahap, lama-kelamaan tidak akan ada lagi orang dewasa produktif yang menjalankan peran penting dalam masyarakat, sehingga dunia berada di ambang keruntuhan.

Sebagian keruntuhan ini mencakup hilangnya kemampuan manusia dalam memproduksi makanan, memberikan layanan kesehatan, dan menjalankan berbagai fungsi penting lainnya yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Meski populasi menurun, kelangkaan pangan tetap terjadi karena tidak ada lagi yang mampu mengelolanya.

“Pada akhirnya, peradaban akan runtuh. Kemungkinan besar tidak akan banyak orang yang tersisa dalam 70 atau 80 tahun, bukan 100 tahun, karena kekurangan makanan, air bersih, obat-obatan, dan segala hal lain yang dapat Anda beli dengan mudah saat ini dan yang Anda butuhkan untuk bertahan hidup,” papar Michael A. Little, profesor antropologi di Binghamton University dan State University of New York yang telah menghabiskan karirnya mempelajari perilaku manusia, biologi, dan budaya.

Bisa Jadi Bencana

Menurut Michael, berhentinya kelahiran secara mendadak sangat tidak mungkin terjadi kecuali ada bencana global. Dalam satu skenario potensial yang dibahas oleh penulis Kurt Vonnegut di novelnya “Galapagos”, penyakit yang sangat menular dapat membuat semua orang dalam usia reproduksi menjadi mandul. Artinya tidak ada seorang pun yang kemudian akan mampu memiliki bayi lagi.

Kemungkinan lain adalah perang nuklir yang membuat semua umat manusia tak bisa selamat. Atau, jika orang-orang di masa depan tidak bisa lagi bereproduksi dengan mudah alias mandul, menyebabkan keputusasaan massal dan hilangnya kebebasan diri bagi mereka yang mampu memiliki bayi. Namun, ini semua tetap hanyalah fiksi, dan kecil kemungkinan akan terjadi.

Faktanya, saat ini jumlah penduduk manusia masih terus bertambah, meski laju pertumbuhannya telah melambat. Para ahli yang mempelajari perubahan populasi memperkirakan bahwa jumlah total umat manusia akan mencapai angka 10 miliar pada tahun 2080-an, naik dari 8 miliar dari tahun 2025.

Jumlah orang di seluruh dunia dapat menurun jika angka kematian lebih banyak daripada angka kelahiran. Namun, satu hal yang penting saat ada pola perubahan ini, yakni apakah ada keseimbangan yang dapat diatur antara kaum muda dan orang tua. Ini karena kaum muda sering kali menjadi penggerak masyarakat. Mereka cenderung menjadi orang-orang yang menerapkan ide-ide baru dan menghasilkan segala sesuatu yang kita gunakan.

“Saat itu, banyak orang tua yang membutuhkan bantuan dari orang yang lebih muda untuk melakukan kegiatan dasar, seperti memasak dan berpakaian. Dan berbagai macam pekerjaan lebih cocok untuk orang yang berusia di bawah 65 tahun daripada mereka yang telah mencapai usia pensiun,” paparnya dalam The Conversation.

Tingkat kelahiran menurun

Di banyak negara, jumlah anak yang dimiliki perempuan selama masa reproduksi lebih sedikit dari sebelumnya. Penurunan ini paling mencolok di beberapa negara termasuk India dan Korea Selatan.

Penurunan angka kelahiran terjadi karena semakin banyak orang memilih tidak memiliki anak atau hanya sedikit. Migrasi bisa menjadi solusi, namun sering terhambat oleh masalah budaya dan politik.

Di saat yang sama, banyak pria yang memiliki masalah kesuburan. Jika situasi ini makin memburuk, hal tersebut dapat menyebabkan penurunan tajam dalam jumlah penduduk.

Neanderthal punah

Homo sapiens telah hidup selama sekitar 200.000 tahun, namun tetap berisiko punah seperti spesies lain. Neanderthal, kerabat dekat manusia, muncul sekitar 400.000 tahun lalu dan punah 40.000 tahun lalu meski sempat hidup berdampingan dengan manusia modern.

Sejumlah ilmuwan telah menemukan bukti bahwa manusia modern lebih sukses memiliki keturunan ketimbang Neanderthal. Hal ini terjadi ketika Homo sapiens mampu berdikari, menyediakan makanan bagi keluarga dan juga memiliki lebih banyak bayi dibanding dengan Neanderthal.

Jika manusia punah, ini dapat membuka peluang bagi hewan lain untuk berkembang biak di Bumi. Di sisi lain, akan sangat menyedihkan jika kita punah dan meninggalkan semua pencapaian yang telah dibuat manusia, termasuk di bidang seni dan sains. 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.
  BENCHMARKS  
Loading Time: Base Classes  0.0003
Controller Execution Time ( Blog / Remap )  6.5039
Total Execution Time  6.5043
  GET DATA  
No GET data exists
  MEMORY USAGE  
4,429,264 bytes
  POST DATA  
No POST data exists
  URI STRING  
post/item/219571/Jika-Berhenti-Melahirkan-Berapa-Lama-Manusia-Bertahan
  CLASS/METHOD  
blog/item
  DATABASE:  ps_lentera (Blog:$db)   QUERIES: 336 (6.4208 seconds)  (Show)
  HTTP HEADERS  (Show)
  SESSION DATA  (Show)
  CONFIG VARIABLES  (Show)