
Kediri - Situasi dan kondisi mampu memaksa orang untuk bertahan di tengah kerasnya kehidupan. Seperti itulah kisah yang dijalani Anna N Anggraini, warga Ngronggo, Kecamatan Kota, Kota Kediri.
Anna merintis usaha kerajinan yang diawali dengan membuat boneka dari bahan kain flanel hingga mampu mempekerjakan 13.000 ibu rumah tangga di sekitar tempat usahanya.
“Awalnya ya BU (butuh Uang). Orangtua saya bangkrut, saya harus bertahan. Makanya saya coba-coba bisnis boneka flanel,” kata Anna, Selasa (28/07/2020).
Saat ini dia memiliki bisnis membuat perhiasan dengan harga ratusan ribu. Pada saat pandemi, masih mampu memberi pekerjaan pada 13.000 ibu rumah tangga di sekitar tempat usahanya.
Tahun 2009, Anna baru sebagai re-seller boneka flanel milik temannya. Lama-lama pesanan meningkat, kadang stok tidak ada. Maka, Anna mulai berinisiatif membuat sendiri. Belajar otodidak dengan mencontoh yang sudah ada, kemudian mengembangkan polanya. Akhirnya, jadilah satu paket boneka flanel yang bisa dijual Rp 60.000 - Rp 70.000. Promosi dilakukan di media sosial.
Bisnis boneka itu dijalaninya hingga menamatkan sekolah bidan dan dilanjutkan bekerja di rumah sakit hingga sekitar tahun 2012. Pada saat bekerja di rumah sakit, penghasilannya masih pas-pasan. Kecintaannya pada kerajinan menjadikan ia pun ikut pelatihan membuat perhiasan berbahan kawat tembaga.
Pelatihan itu diadakan Dinas Koperasi Kota Kediri. Anna merupakan salah satu peserta yang terus menggali ilmu, tak mau berhenti setelah pelatihan. Dia juga belajar pada perajin senio, hingga akhirnya, mampu membuat perhiasan sendiri. “Dari Dinkop saya dapat pelatihan dasar. Juga difasilitasi pameran,” kata Anna.
Tampaknya, desain dan karya Anna disukai. Setiap pameran, selalu saja ada pelanggan yang balik lagi. Penghasilan dari bisnis ini melebihi dari penghasilannya di rumah sakit. Akhirnya, ia memutuskan keluar dan serius menekuni kerajinan.
Dengan merek AG Handycraft, Anna mengembangkan usahanya. Membuat kalung, gelang, dan anting berbahan batu alam yang dililit dengan kawat tembaga warna-warni. Juga berbahan biji genitri yang diminati hingga India.
“Kalau untuk kalung batu alam, saya jual mulai harga Rp 400.000 - Rp 800.000. Tergantung bahannya. Kalau genitri per biji. Tergantung belah semangkanya,” terang Anna. Belah semangka yang dimaksud adalah garis belah pada biji genitri. Ada yang garis 8 dihargai Rp 20.000 - Rp 30.000 per biji. Semakin banyak garisnya, semakin mahal karena semakin langka.
“Biji genitri ini cepet laku, bisa untuk ngomzet,” tambahnya. Ngomzet istilah untuk sebuah barang yang laku dan memberikan omzet.
Pada masa pandemi, bisnis perhiasan memang sepi. Anna pun lebih banyak menerima pesanan pembuatan busana dan masker. Ia sudah melatih ibu rumah tangga untuk menjadi penjahit.
“Saya ajari dari awal. Mereka rata-rata punya mesin jahit tapi tidak bisa menjahit,” kata Anna. Dengan memberdayakan ibu rumah tangga sekitarnya, ratusan lembar pesanan busana tetap mengalir meski pandemi.
Anna merupakan salah satu UMKM menjadi binaan Disperindagin yang kerap diajak pameran dan pelatihan. Dari pameran inilah, AG Handycraft semakin banyak dikenal dan menemui pelanggannya. (gos)