28 June 2025

Get In Touch

SPPG Wadul DPRD Jatim, 12 Pabrik Gula Terancam Tidak Beroperasi

SPPG saat menggelar audiensi dengan Komisi B DPRD Jatim.
SPPG saat menggelar audiensi dengan Komisi B DPRD Jatim.

Surabaya – Setidaknya ada 12 pabrik gula (PG) di Jatim yang terancam tidak beroperasi karena bahan baku tebu diserobot oleh dua pabrik gula swasta yaitu PG PT RMI dan PG PT KTM. Akibatnya, puluhan ribu pekerja juga terancam kehilangan mata pencaharian mereka.

Kondisi tersebut disampaikan oleh Serikat Pekerja Pabrik Gula (SPPG) yang berasal dari PTPN X dan XI saat audiensi dengan komisi B DPRD Jawa Timur, Senin (13/7/2020). Ketua serikat pekerja perkebunan PTPN XI, M Arief mengatakan bahwa sebalumnya pendirian pabrik swasta ini sudah melakukan komitmen untuk pengambilan bahan baku dari wilayah mereka.

Bahkan, dua PG milik swasta itu juga disinyalir tidak ikut melakukan pembinaan terhadap para petani tebu namun mereka mengambil hasil panen para petani itu untuk dibeli. Dengan demikian, PG yang telah melakukan pembinaan menjadi kekurangan pasokan bahan baku berupa tebu. Akibat, tindakan main serobot tersebut, lanjut Arief, maka bisa menjadikan 12 PG lainnya tidak beroperasi lagi.

“Ini yang paling mengerikan adalah berdampak pada pengangguran terbuka yang akan muncul dengan sendirinya. Saat ini Jawa Timur punya dua pabrik besar,  namun akan menutup 12 pabrik dan potensinya, serta 12.000 tenaga langsung akan hilang pekerjaannya di sini dan berpotensi sampai berdampak pada 250.000 orang,” terangnya.

Untuk itu, Arief berharap pemerintah daerah bisa turun langsung dan hadir untuk membela PG pribumi yang ada di Jawa Timur. Jika permohonan mereka tidak mendapatkan respon dari pemerintah sampai delapan hari kedepan, maka mereka mengancam akan melakukan aksi demo besar-besaran yang melibatkan semua karyawan pabrik gula se-Jawa Timur. “Kami akan turun aksi jika audiensi kami tidak direspon,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua Komisi B DPRD Jatim, Alyadi Mustofa mengatakan pada intinya mereka mengeluhkan bahan baku tebu yang seharusnya disuplay ke 12 PG milik pemerintah ada sebagian yang diambil oleh dua pabrik gula milik swasta. Dia menandaskan bahwa, kemungkinan hal ini terjadi lantaran ada persaingan harga, dimana PG swasta itu membeli tebu dengan harga lebih mahal.

Melihat kondisi tersebut, maka sangat memungkinkan ada persaingan harga dimana pihak swasta membali dengan harga lebih tinggi. Dengan demikian ketika petani akan lebih memilih menjual tebu mereka ke pembali yang berani lebih mahal. “Petani kan melihat dimana harganya tinggi. Jadi ini butuh evaluasi, kaitannya dengan harga kenapa kalah sama swasta,” katanya.

Pihaknya juga menilai ada regulasi yang dilanggar oleh PT RMI dan PT KTM. Pihaknya pun sedang mengkaji dengan Dinas Perkebunan Jatim. “Kami merekomendasikan ada teguran dan minta kepada 12 pabrik gula sebelumnya juga harus evaluasi diri, kenapa harganya kalah saing dengan swasta itu,” pintanya.

Yang dikeluhkan PTPN itu, lanjut Politisi PKB ini, adalah karena dua pabrik gula swasta ini tidak memiliki petani binaan. “Jadi kesannya nyerobot. Kemudian lintas kabupaten. Kemungkinan dua pabrik gula swasta ini ada yang dilanggar,” paparnya.

Di tempat yang sama, Anggota Komisi B DPRD Jatim lainnya, Agatha Retnosari mengatakan akan memanggil pihak terkait agar menemukan titik terang atas persoalan tersebut. Bahkan pihaknya akan menggelar pertemuan dengan mengundang Polda serta pihak dari kedua Pabrik gula. “Kita kan tidak bisa hanya mendengar dari satu pihak. Namun jika dalam kajian kami memang ada pelanggaran, maka kami akan rekomendasikan dicabut ijinnya kalau perlu pabriknya ditutup,” tandas Agatha politisi asal Fraksi PDIP Jatim ini.

Melihat kondisi tersebut, Kepala Dinas Perkebunan Pemprov Jatim, Karyadi membenarkan kejadian itu, dimana ada sikap PG swasta yang merebut bahan baku tebu, sementara membeli tebu petani diluar wilayah produksi mereka.

“Dalam pendiriannya mereka (PG swasta) ini punya komitmen hanya mengambil bahan baku dari wilayahnya, RMI misalnya itu di daerahnya,” tandasnya. Bahkan, Pemkab Blitar menuturkan pada awalnya tebu di Blitar berlimpah tapi tidak punya Pabrik (gula). Kemudian didirikan pabrik gula tesebut, namun setelah ada pabrik bahan tebu di Blitar tidak mencukupi sehingga PG tersebut mengambil dari wilayah lain. (ufi)

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.
  BENCHMARKS  
Loading Time: Base Classes  0.0002
Controller Execution Time ( Blog / Remap )  5.0734
Total Execution Time  5.0737
  GET DATA  
No GET data exists
  MEMORY USAGE  
4,529,568 bytes
  POST DATA  
No POST data exists
  URI STRING  
post/item/18866/SPPG-Wadul-DPRD-Jatim-12-Pabrik-Gula-Terancam-Tidak-Beroperasi
  CLASS/METHOD  
blog/item
  DATABASE:  ps_lentera (Blog:$db)   QUERIES: 339 (5.0288 seconds)  (Show)
  HTTP HEADERS  (Show)
  SESSION DATA  (Show)
  CONFIG VARIABLES  (Show)