
Kediri - Walikota Kediri, Abdullah Abu Bakar merasa penasaran dengan anak anak muda yang hobi game dan pada akhirnya mampu menghasilan uang bahkan bisa menghasilkan prestasi global dari game tersebut. Hal ini juga yang akan mengikis anggapan orang tua bahwa game adalah negatif.
Rasa panasaran tersebut menyeruak hingga akhirnya Walikota mengundang Tahoe Games Studio di kanal youtube pribadinya yang diunggah Senin (6/7/2020). Hadir dalam kesempatan itu Hermawan Andika, co-founder Tahoe Games Studio yang memproduksi video game berprestasi global, dan Kriswin Yuniar sebagai game artist yang banyak menghasilkan karakter di game-game produksi Tahoe Games.
“Bagaimana masyarakat masih menganggap negatif jika anaknya menghabiskan waktu bermain game dan bagaimana Tahoe Games Studio bisa memproduksi video game yang menghasilkan prestasi global,” tanya Walikota disela-sela obrolannya.
Saat membuka obrolan, Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar menanyakan pekerjaan programer dan juga game artist yang menjadi tamu dalam bincang-bincang tersebut. Hermawan Andika yang biasa disapa Andik sebagai programmer Tahoe Games menjelaskan bahwa dia dulunya adalah dosen, kemudian memilih resign dan berkarya membuat game di Tahoe Games. Sedangkan Kriswin Yuniar, dulunya seorang pramuniaga minimarket.
“Jadi pramuniaga di minimarket 8 bulan dan pernah bantu teman jual kripik di halte-halte. Justru saya tidak punya latar belakang kuliah jurusan desain karena saya lulusan SMA. Kebetulan saya hobi menggambar lalu ikutan komunitas komik dan disitu mulai mengenal menggambar dengan Photoshop,” ujar Kriswin.
Lanjut Kriswin, mulai terjun ke game tahun 2013 di Surabaya. Pada 2015, ketemu Robertus Rahadian Haris founder Tahoe Games, adik Hermawan Andika, dari saitulah dia mulai joint. Setelah tahu ternyata di Kediri juga ada studio game, maka dia tidak perlu jauh-jauh ke Surabaya.
Dalam bincang-bincang di akun YouTube ini, Abdullah Abu Bakar juga menanyakan latar belakang memilih nama Tahoe Games, dan awal mula berdirinya dan siapa yang menjadi anggota studio tersebut.
"Tahun 2011, adik saya (Robertus Rahadian Haris) bikin game dan diberi nama studionya Useless sampai 2015. Pada tahun itu pula mulai ada perkembangan di game-nya adik, kemudian mau branding dengan nama yang baru supaya mudah dikenal. Kami beri nama Tahoe, karena Kota Kediri terkenal sebagai kota tahu,” kata Andik.
Tahoe Games studio didirikan tahun 2011 oleh Robertus Rahadian Haris dengan sepupunya, Utong Akbar. Utong punya bakat seniman, seni lukis otodidak, kemudian diajari software Photoshop oleh Haris, dari situlah Utong mulai menggambar untuk game. Andik bergabung pada 2015, disusul Kriswin dan setelah itu menyusul beberapa personel bergabung untuk melengkapi.
Lebih jauh lagi, Walikota Kediri menggali bagaimana pendapat Tahoe Games terkait stigma negatif terhadap seorang bermain game. "Kalau bermain game itu bisa jadi anak yang bodoh, bagaimana menurut anda?” tanya Mas Abu, sapaan akrab Walikota Kediri.
"Bermain game tidak kita sadari sebenarnya melatih logika. Seperti halnya game strategi atau game perang-perangan, action. Selain itu, tanpa kita sadari game-game kan produk luar dan bahasanya, bahasa Inggris sehingga kita bisa belajar dari situ dan lebih mudah. Dulu waktu kuliah kita selain hanya bisa bermain game kita juga dianjurkan bisa membuat game karena marketplace terbuka lebar," jawab Kriswin, game artist Tahoe Games.
Walikota Kediri menambahkan menjadi seorang gammers dapat menghasilkan uang, maka bagi para orang tua yang memiliki anak gemar bermain game bisa diarahkan ke hal yang positif seperti cara membuat game.
Lebih lanjut, Mas Abu menuturkan karya Tahoe Games ini tidak hanya dikenal di Indonesia saja bahkan sudah mendunia terbukti pernah menjuarai perlombaan game dan juga masuk nominasi di Taiwan dan juga Korea.
"Kalau Tahoe Games sendiri, cara kalian masuk di industri game atau cara mendapat uang dari industri game seperti apa?," tanya Mas Abu mendalami.
"Sebenarnya karya apapun ada market-nya apalagi sudah digital jadi kayak game ini semua orang bisa buat market seperti halnya Rising Hell ini market-nya di Steam (steampowerd.com) itu ada marketplace-nya untuk menerima game-game yang kita bikin. Kemudian nanti bisa dibeli oleh orang-orang yang memerlukan. Selain itu kita juga bisa email ke publisher-publisher yang ada di dunia,” jelas Andik.
Diuraikan Andik, contoh publisher namanya Kiz10 (kiz10.com). Cuma terkadang sebenarnya mulai dari komunitas supaya dilirik, karya dinilai bagus atau tidak. Dari komunitas itu ada publisher yang sudah bagus dari Jakarta, Bandung maupun Surabaya itu bisa membantu pendanaan untuk publish game. Kemudian dari situ dapat belajar dan bisa publish sendiri kedepannya dan bisa dapat uang.
Selain game buatan Tahoe Games yang sudah mendunia, Walikota Kediri juga ingin mengetahui gammers yang paling banyak membeli game buatan Tahoe Games. “Game kita yang Rising Hell ini kan di rilisnya di platform steam dari situ kita amati, ternyata yang banyak beli itu gamers China, disusul USA,” jelas Kriswin.
Diujung obrolan, Andik, salah satu tim Tahoe Games, memberikan saran kepada masyarakat khususnya orangtua. Orangtua, jangan hanya menilai anak apa kegemarannya apa, dan pesimis kedepannya kegemaran itu tidak akan bermanfaat pada kehidupan anaknya. Seharusnya apapun kesukaan anak, selama berkarya harus didukung saja.
“Apalagi di industri game kita belajar banyak hal, misalnya, belajar logika, Bahasa Inggris. Kemudian untuk development game, sekarang ini sudah banyak marketnya. Setiap game saja sudah bisa menghasilkan seharga 800-1000 dolar. Apalagi seperti game yang kita buat ini secara profesional mungkin bisa sampai miliaran rupiah, walaupun hanya sekedar game pixel art bukan 3D. Jadi jangan meremehkan anak bikin game atau main game tidak akan ada hasilnya karena sekarang sudah terbuka lebar pasar digital pasti banyak juga benefit yang kita rasakan,” ungkap Andik, programer Tahoe Games ini.
Tak hanya orang tua, Kriswin juga memberi tips dan saran bagi orang yang ingin terjun ke industri game. “Jadi sebelum terjun ke industri game, mereka harus belajar dulu ilmu untuk programming game. Sekarang di YouTube juga sudah banyak tutorial membuat game secara simpel, sederhana dan mudah dimengerti. Kemudian kalau mau serius, sekarang ini juga banyak kampus yang buka jurusan khusus game. Berarti ini bukti kalau industri game mulai dilirik akademisi tidak hanya hiburan saja,” ujarnya.
Jika mau serius, Kriswin menyarankan, kerja dulu di studio game. Jangan tergesa-gesa buat studio sendiri kecuali kalau sudah punya modal besar, karena terjun di industri game tidak semudah yang dibayangkan. Jadi kalau ikut di industri dulu akan memahami tim pengembangan game seperti apa. Dari ilmu tadi dia harus pintar networking atau mencari teman-teman baru di industri atau komunitasnya. Kalau kita gabung komunitas, ilmu kita akan bertambah, peluang untuk membesarkan bisnis juga bertambah. Seperti Mas Haris setelah joint komunitas, kenal sama industri game, akhirnya Tahoe Games juga semakin meningkat,” imbuhnya. (gos)