
Surabaya – Menyikapi kemarau panjang, bencana angin kencang dan kebakaran lahan dan hutan yang melanda beberapa daerah di Jawa Timur, Gubernur Khofifah Indar Parawansa mengajak pesantren-pesantren untuk mendirikan salat istisqo' (salat minta hujan).
Ajakan tersebut terus didengungkan Khofifah termasuk pada acara Jatim Bersholawat di Ponpes Lirboyo Kediri. Dalam sholawat yang dipimpin Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf ini, Khofifah mengajak santri dan kiai Lirboyo bersama-sama tanggap terhadap kondisi Jawa Timur yang sedang dilanda kebakaran hutan dan lahan.
Dia menandaskan, saat ini, setidaknya ada enam kawasan gunung di Jatim terbakar akibat kemarau yang mencapai puncaknya. Kawasan yang terbakar mulai kawasan Gunung Ijen, Gunung Arjuno-Welirang, Gunung Wilis, Gunung Kawi, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, dan Gunung Raung.
"Mari kita sama sama memohon agar di Jawa Timur segera diturunkan hujan yang barokah. Kita jadikan salat istisqo' sebagai hadiah pesantren di Hari Santri Nasional," tegas Khofifah.
Sementara itu dalam acara Jatim Bersholawat ini diikuti oleh puluhan ribu santri Lirboyo. Alunan sholawat menggema dari pondok Lirboyo yang dilantunkan bersama-sama Habib Syekh.
"Dengan bersholawat bersama Habib Syech bin Abdul qodir Assegaf ini kita harap mampu membawa semangat kebangsaan NKRI yang harus terus dijaga terutama oleh para santri," ujarnya.
Lebih lanjut Khofifah sempat menjelaskan tentang asal usul penetapan Hari Santri Nasional. Yang tak lain adalah hari saat tokoh besar KH Hasyim Asy'ari menetapkan Resolusi Jihad.
"KH Hasyim Asy'ari pada tanggal 22 Oktober 1945 pukul 20.30 WIB saat itu menetapkan fatwa dan Resolusi Jihad. Santri se-Jawa terutama Surabaya dan Madura bergerak mempertahankan NKRI. Momen Resolusi Jihad ini menjadi dasar penetapan Hari Santri," ucap Khofifah. (sur)