
Kediri - Kepatuhan warga Kota Kediri untuk memeriksakan diri di Ruang Observasi terus meningkat. Bahkan, jika ada yang berkunjung ke tetangga desa, dengan wilayah administrasi pemerinthan berbeda, terpaksa “tertahan” 12 jam karena harus menjalani observasi.
Kisah ini dialami Ari, 47, warga Desa Pagut, Kelurahan Blabak, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri. Pada Senin (11/5/2020), wanita bersama suami beserta anaknya berusia 6 tahun baru datang dari Desa Ngreco, Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri. Wilayah Blabak dan Kandat ini bersebelahan saja, hanya beda wilayah administrasi pemerintahan, Blabak masuk Kota Kediri sedangkan Kandat masuk wilayah Kabupaten.
“Mereka tetap datang ke Ruang Obervasi secara mandiri,” kata Wiwik, koordinator shift Ruang Observasi Kecamatan Pasentren. Untuk wilayah Kecamatan Pesantren, ruang observasi berlokasi di kantor kecamatan setempat.
Ari beserta keluarganya dicatat identitasnya dan dalam kondisi sehat tanpa gejala apa-apa. Ia kemudian tinggal di ruang observasi bersama anaknya, dan suaminya ada di ruang khusus laki-laki.
“Datang ke sini inisiatif sendiri dan juga disarankan RT, daripada nanti warga resah. Di tempat observasi ini mereka tinggal selama 12 jam,” kata Ari. Ia datang pukul 08.00 WIB, jadi bisa melanjutkan perjalanan pukul 20.00 WIB. Sembari menunggu, ia yang tengah menjalani ibadah puasa beristirahat dengan memainkan gawainya. Begitupula anaknya.
Ketaatan warga untuk melapor di ruang observasi ketika memasuki wilayah kota/kabupaten yang berbeda sudah menjadi kesadaran bagi warga. Pun warga lain/tetangga yang akan mengontrol jika mereka tidak lapor.
Sejak dibuka, 28 April lalu, Ruang Observasi Kecamatan Pesantren sudah mencatat sebanyak 140 warga yang melapor. Rata-rata mereka datang dari Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan kota-kota di Jawa Timur. Penjagaan di sini dilakukan 24 jam terbagi dalam 3 shift. Petugas yang menjaga merupakan petugas gabungan dari Dinkes, Satpol PP, Kepolisian, Babinsa, Karang Taruna, dan lain-lain.(gos)