
LETRA.ID - Lebih dari setengah orang superkaya di seluruh dunia sudah bersiap untuk resesi. Mereka memprediksi resesi akan segara datang tahun depan.
Dilansir CNBC pada Rabu (25/9), menurut survei UBS terhadap 360 perusahaan milik keluarga secara global, dengan kekayaan keluarga rata-rata mencapai US$ 1,2 miliar (Rp 16,9 triliun), hasilnya menunjukkan 55% perusahaan milik keluarga percaya akan ada resesi pada 2020.
Untuk mengurangi risiko, 45% responden sudah menyesuaikan portofolio mereka, termasuk beralih ke obligasi dan real estate. Sementara itu, 42% responden telah meningkatkan cadangan kas mereka.
"Kami sangat berhati-hati. Bahkan sekarang, terhadap pasar, kami tidak merasa sangat nyaman," kata responden survei yang merupakan mitra pelaksana di perusahaan milik multi-keluarga di Amerika Utara.
Perang dagang yang meningkat antara AS dan China telah memperdalam ketakutan akan resesi. Sekitar 91% responden percaya hubungan AS-China dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi global pada 2020. Selain perang dagang antara AS dan China, 63% responden percaya bahwa Brexit akan memberi efek negatif untuk Inggris sebagai tujuan investasi dalam jangka panjang.
"Siapa yang tahu apa yang akan terjadi dengan Brexit, apa yang akan terjadi di UE, dan apa yang akan terjadi antara AS dan China," kata responden survei lain, CEO dari perusahaan milik keluarga di Eropa.
Tidak berhenti di sana, perkembangan teknologi saat ini juga dapat mempengaruhi kondisi bisnis dan ekonomi. Berdasarkan survei UBS, 87% dari responden setuju bahwa kecerdasan buatan akan menjadi gangguan terbesar dalam bisnis global, sementara 57% setuju bahwa teknologi blockchain akan secara mendasar mengubah cara kita berinvestasi.(kcm)